Selasa, 16 Agustus 2016

My First Time Experience : Odontotomy (Part 1)

Hari Sabtu, 13 Agustus 2016 adalah salah satu hari yang menegangkan buatku. Hari itu jam 20.00 aku udah ada jadwal untuk dilakukan tindakan Odontotomy (sebelumnya aku hanya tau istilah Odontectomy) di OMDC Mampang, Jakarta Selatan.
Kejadian ini berawal dari saran dokter behel ku melihat kondisi gigi bungsu atasku yg tumbuhnya agak miring ke arah pipi. Dia menyarankan untuk mengangkat gigi bungsu itu supaya nantinya tidak ada desakan sehingga menggubah struktur gigi. Singkat cerita aku melakukan rontgen Panoramic di sebuah Lab Parahita yang letaknya di sekitaran Mampang juga. Waktu itu biaya rontgen hanya Rp 190.000,- dan hasilnya bisa ditunggu tidak sampai 15 menit. Dan ternyata hasilnya betul masih sama seperti hasil rontgen 2011 yang lalu (ya iyalah, mau ngarep giginya mbelok sendiri gitu??? bhahaa).
Kedua gigi bungsu bawahku mengalami impaksi. Gigi impaksi adalah suatu gigi yang seluruhnya atau sebagian tidak tumbuh atau terhalang oleh gigi lain atau tulang atau jaringan lunak sehingga tidak mencapai posisi anatomis yang normal. Sedangkan gigi atasku diduga akan bisa tumbuh normal (dulu), tapi ternyata gigi bungsu kanan atas ini tumbuhnya memberontak ke bagian pipi. Jadi ada kemungkinan si gigi kiri atas juga akan melakukan hal yang sama (T______T).
Singkat cerita, dokter behelku menyarankan untuk diangkat semuanya oleh dokter Spesialis Bedah Mulut. Jika tidak sepasang, nantinya akan mengganggu sistem gigitan. Hal yang terbayang pertama kali bukanlah kesereman operasi, tapi biayanya (hahahaha). FYI, di OMDC ini tindakan pengangkatan gigi yang mengalami impaksi dibagi menjadi 3 kelas : kelas satu Rp 1,7jt, kelas dua Rp 2jt, dan kelas tiga 2,3jt (tarif berlaku per-gigi). Sebagai referensi, ini gambaran pembagian kelas impaksi gigi.

Setelah tawar menawar, akhirnya aku izin untuk mengangkat sepasang dulu, jadi bukan ke-4 gigi sekaligus. Kemudian beberapa minggu berlalu, akhirnya aku pilih hari baik yaitu Sabtu, 13 Agustus 2016 jam 20.00 WIB. (lengkap banget, buk!)
Beberapa hari sebelumnya, sama sekali ngga ada perasaan khawatir apapun tentang operasi ini. Tapi, begitu sampe di ruang tunggu, seketika jantung berdetak lebih kencang daripada biasanya. Kurang lebih jam 20.00 namaku dipanggil oleh seorang perawat laki-laki. Begitu masuk aku disambut oleh dokter yang menurutku lumayan senior (baca : bapak-bapak) dan ramah bangeeeeeeeet. Beneran dokternya ramah banget, aku kira bakalan galak gitu.
Beberapa menit ngobrol blablabla, liat hasil rontgen blablabla....
Jengjeng, kursi udah disiapkan untuk melakukan operasi, dipasang selimut, daaannn dimulailah cerita.

Proses Odontotomy 
Pertama kali yang dilakukan adalah ngecek kondisi gigiku dan memang betul yang bawah belum nonggol sama sekali dan yang atas udah nonggol tapi memberontak.
Aku : Gimana kondisinya, Dok? Sulit ngga ya kasus saya?
Dokter : Oh, yang atas gampang tapi yang bawah agak berat ini.
Aku : ha ha ha (hadeeh)

Setelah itu, dokter menyuntikan anestesi di gusi bawahku. Aku ngga ingat pasti berapa kali suntik, tapi seingetku awalnya 2 atau 3 kali suntik kecil. Trus tahap kedua suntikannya berasa lebih dalam, suntikan yang kedua ada 2 kali (mungkin). Aroma suntikan anestesi ini masih teringat sampai sekarang karena baru kali itu aku mendapatkan suntikan anestesi.

Setelah beberapa saat, beberapa bagian kanan rongga mulutku mengalami baal dan dokter mulai melakukan tindakan Odontotomy. Dimulai dengan pembedahan, kemudian dokter mencoba menarik sesuatu yang ada di dalam tapi terasa sakit sekali. Setelah itu dia melakukan pengeboran selama beberapa kali. Proses pengeboran ini proses yang paling lama diantara tindakan yang lainnya. Aku ngga begitu tau apa yang dia lakukan. Tapi setau aku, jika kondisi gigi ada di dalam dan horizontal seperti kasusku, maka dokter akan memotong gigi menjadi beberapa bagian dan diangkat satu persatu. Oleh karena itu aku menyebutnya Odontotomy. Jika proses pengeluaran gigi impaksi secara utuh maka disebut Odontectomy (CMIIW).
Proses pemotongan gigi ini sebetulnya tidak sakit karena mungkin efek anestesi. Tapi ada beberapa saat ada rasa ngilu yang sangat terasa. Mungkin itu adalah saat dokter mengangkat bagian gigiku. Aku tidak ingat pasti berapa kali dokter membagi gigiku. Karena ngilu sekali setiap kali ada proses pengangkatan itu. Dan jujur saat itu tanpa sadar aku nangis (malu-maluin sih) dan merintih kayak anak kecil yang lagi meriang (hahahaha). Sampai dokternya bilang "Kok nangis, apa sakit? Kan ngga sakit. Sabar ya, udah selesai ini".
Dan betul, setelah dokter bilang itu, proses "menyiksa" itupun selesai. Tapi setelah itu ngga kalah serem, ada benang yg keliatan panjang nyangkut di bibirku. Ya, tahap terakhir adalah jahit luka terbuka untuk mengeluarkan gigi bungsu itu. Kemudian diberikan kain kasa di atas bekas jahitan dan harus digigit selama satu jam. Taraaaa, prosesnya selesai jam 21.00. Jempol buat dokter Aries cepet banget kerjanya dan sabar banget nanganin aku yang ternyata rewel.

Odontotomy pun selesai, dilanjutkan dengan proses penyerahan resep, diagnosa dan obat. Dokter menasehati dengan santai banget, "Bengkak-bengkak, ngga bisa buka mulut, susah ngomong itu sudah biasa, ngga usah binggung. Obatnya langsung diminum aja biar langsung ngefek kalo anestesinya udah ilang". Dan saran dari perawat untuk minum hanya dengan air es, jangan minum air hangat dulu.

(Jam 22.00) Lepas kain kasa dan minum tiga jenis obat dari dokter : Antibiotik, Kalium Diklofenak (Obat penahan rasa sakit), dan obat untuk pendarahan.
(Jam 23.00) Dua jam setelah operasi dengan kondisi sudah minum obat dan anestesi udah mulai ilang (dengan tanda-tanda baal di bibir, pipi dan lidah udah ilang), rasa senut2 di gusi dan rahang mulai menerjang. Malem itu beneran ngga bisa tidur sampai jam 12an, ntah karena obatnya baru ngefek atau beneran udah ngantuk (hehehe).

... bersambung ke part 2

2 komentar:

  1. Ngiluuuuu bacanya 😷 udah deh,urusan pergigian gini bikin trauma berkepanjangan yul 😖

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu dia, Menz.. Aku jadi trauma gitu, padahal masih ada 3 gigi lagi yg musti dicabut. Tapi hari ini denger ada orang yg nunda nyabut gigi bungsu yg "mbrontak" itu dan kmudian ditemukan tumor di rahangnya :(
      Jadi harus memberanikan diri (lagi).

      Hapus